JAKARTA, (URBVOX) – Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menggelar rapat paripurna pada Kamis (2/10/2025) dengan salah satu agenda utama membahas Rancangan Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (RUU P2SK).
Dalam sidang tersebut, DPR menyetujui RUU P2SK sebagai RUU inisiatif DPR. Selanjutnya, rancangan ini akan masuk ke tahap pembahasan bersama mitra kerja DPR.
RUU P2SK merupakan revisi dari UU Nomor 4 Tahun 2023. Seluruh fraksi di DPR sepakat terhadap draf perubahan ini saat rapat pleno harmonisasi yang digelar di Badan Legislasi (Baleg) DPR.
Sejumlah poin krusial menjadi sorotan dalam RUU tersebut. Salah satunya adalah pemberian mandat baru bagi Bank Indonesia (BI), serta penyesuaian kewenangan dua lembaga keuangan utama lainnya: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Perubahan ini dinilai akan membawa dampak signifikan terhadap arah kebijakan moneter, sistem pembayaran nasional, hingga pengaturan industri keuangan di Tanah Air.
Perubahan dalam RUU P2SK
Lembaga | Sebelum Revisi | Perubahan/Tambahan Pasal | Sesudah Revisi |
---|---|---|---|
Bank Indonesia (BI) | Mandat BI: stabilitas nilai rupiah, sistem pembayaran, stabilitas sistem keuangan | Pasal 7 | Mandat BI: stabilitas rupiah, sistem pembayaran, stabilitas keuangan + dukung pertumbuhan ekonomi, sektor riil, penciptaan lapangan kerja |
Tidak ada perlindungan hukum yang jelas bagi Gubernur, Deputi, pejabat BI | Pasal 35E | Perlindungan hukum bagi Gubernur, Deputi, pejabat & pegawai BI jika bekerja dengan dasar itikad baik | |
Pemberhentian Dewan Gubernur hanya jika: mengundurkan diri, tindak kejahatan, berhalangan tetap | Pasal 48 | Tambahan alasan pemberhentian (tidak hadir 3 bulan, pailit, langgar UU), rekomendasi DPR & keputusan Presiden | |
Tidak ada ketentuan khusus edukasi | Pasal 57A | BI wajib adakan program edukasi & pemberdayaan masyarakat secara inklusif | |
Pasal 60: Anggaran operasional ditetapkan, tanpa standar spesifik | Pasal 60A | Anggaran berdasarkan standar wajar sektor jasa keuangan & telah disetujui DPR | |
BI, OJK, & LPS | DPR menerima laporan, tidak mengikat | Pasal 9A | Evaluasi DPR terhadap BI, OJK, LPS bersifat mengikat |
OJK | Tidak ada kewenangan tambahan | Pasal 8C | Wewenang menetapkan kebijakan terkait risiko/manfaat industri jasa keuangan |
Asal anggota dewan komisioner tidak ditegaskan | Pasal 10 ayat 5 | Dewan Komisioner (DK) boleh dari dalam/luar OJK | |
Tidak ada perlindungan hukum yang jelas | Pasal 21A | DK, pejabat, pegawai OJK dapat perlindungan hukum bila bekerja dengan dasar itikad baik | |
Pungutan sektor keuangan diatur secara umum | Pasal 37 | Ketentuan tambahan pungutan OJK, periode ditetapkan OJK, perlu persetujuan DPR | |
Hanya wajib lapor bank bermasalah | Pasal 41-42 | OJK wajib lapor Bank + Perusahaan Asuransi bermasalah ke LPS & BI | |
Tidak ada ketentuan edukasi | Pasal 47A | OJK wajib adakan program edukasi & pemberdayaan inklusif | |
Tidak ada ketentuan penghentian penyidikan | Pasal 48C | OJK bisa hentikan penyidikan via mekanisme keadilan restoratif | |
Penyidik: Polri, PNS, pegawai tertentu | Pasal 49 | Penyidik hanya Polri & penyidik OJK | |
Tidak ada pengaturan LJK aset kripto | Pasal 215A | LJK Aset Kripto harus dapat persetujuan OJK | |
LPS | LPS badan hukum | Pasal 2 | LPS jadi lembaga negara |
Fungsi: jamin simpanan, polis, stabilitas keuangan, resolusi bank, penyelesaian asuransi dicabut izin | Pasal 4 | Fungsi diperluas, termasuk resolusi perusahaan asuransi | |
Tidak ada ketentuan resolusi asuransi | Pasal 22A | LPS lakukan penilaian & opsi penyelamatan/tidak penyelamatan asuransi dalam resolusi | |
Tidak ada ketentuan khusus penyelamatan asuransi | Pasal 24A | LPS dapat lakukan penyelamatan asuransi syariah/dalam resolusi | |
Pansel DK ditetapkan via Keputusan Presiden | Pasal 65 | Susunan Pansel DK terdiri unsur Pemerintah, BI, OJK, LPS, industri | |
Rencana Kerja Anggaran (RKA) disetujui oleh Menteri Keuangan | Pasal 86 | RKA harus disetujui DPR | |
Tidak ada standar wajar anggaran | Pasal 86A | Anggaran berdasarkan standar wajar sektor jasa keuangan | |
Tidak ada kewajiban edukasi | Pasal 90A | LPS wajib adakan program edukasi & pemberdayaan inklusif |